Cerita Pengalaman Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari Sidoarjo

Adanya program pertukaran mahasiswa Merdeka 2 (PMM2) yang merupakan salah satu program yang digagas oleh Ditjen Diktiristek, Kemendikbudristek, telah memberikan nuansa baru bagi perkembangan wawasan sejumlah mahasiswa.

Program tersebut diyakini telah memberikan perubahan besar bagi perkembangan dan wawasan kebangsaan mahasiswa baik yang berada di daerah maupun di perkotaan dari seluruh wilayah nusantara.

Betapa tidak dengan program ini mahasiswa sudah bisa berkomunikasi dan berkolaborasi antara satu dengan mahasiswa lain dari seluruh nusantara.

Salah seoarang peserta program tersebut adalah Halimatusshakdiah, mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim saat ini sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa Merdeka 2 (PMM2).

Keikurtsertaan Halimatusshakdiah dalam program ini berdasarkan pengumuman hasil seleksi yang dilakukan Kemendikbudristek beberapa waktu lalu. Saat pengumuman Halimatusshakdiah beserta 12.722 mahasiswa lain seluruh Indonesia dinyatakan lolos seleksi dari total 35.107 mahasiswa yang mendaftar di Program PMM 2 Tahun 2022.

Universitas Almuslim (Umuslim) sendiri berhasil meluluskan puluhan mahasiswanya mengikuti program pertukaran mahasiswa Merdeka 2 (PMM2 Meddeka 2) tahun 2022.

Mahasiswa Umuslim yang lulus tersebut berasal dari berbagai prodi dan Fakultas ditempatkan tersebar diberbagai Universitas seluruh Indonesia.

Halimatusshakdiah bersama Naiya Ramadhani juga dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim, kebetulan ditempatkan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Jawa Timur.

Saat ini hampir satu bulan Halimatusshakdiah berada di Sidoarjo, jauh dari sanak saudara dan sahabat kampusnya dalam rangka mengikuti pertukaran mahasiswa merdeka merupakan implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

“Kami sangat bersyukur adanya program MBKM ini karena kami berkesempatan belajar dan mengikuti perkuliahan di kampus lain di luar Aceh” ungkap
Halimatusshakdiah gadis kelahiran Lhokseumawe, 11 Desember 2001 ini.

Sudah satu bulan kami belajar di kampus penerima di Universitas Muhammadiyah (Umsida) Sidoarjo, kami bergabung dengan sejumlah kawan-kawan lain yang berasal dari sejumlah Perguruan Tinggi, baik dari pulau Jawa maupun dari luar Pulau Jawa.

Dalm program kolaborasi dengan sejumlah peserta lain kami mengikuti program Modul Nusantara, di mana para mahasiswa dari berbagai daerah berkesempatan belajar langsung kebudayaan yang ada di Jawa Timur, jelasnya.

Modul Nusantara ialah kegiatan rutin mingguan, menurut Halimatusshakdiah program ini, dirinya bersama kawan lain berkesempatan langsung untuk belajar kebudayaan, toleransi, perbedaan, dan tak jarang kami juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Sidoarjo dan sekitarnya.

Program Modul Nusantara ini yang sangat menjunjung tinggi arti toleransi dan kebhinekaan, dan sangat cocok bagi mahasiswa untuk mempelajari keberagaman Nusantara, ujar anak ke5 dari 4 bersaudara.

Walaupun dalam mengikuti program tersebut sangat menyenangkan tetapi saya sempat mengalami kendala dalam hal penyesuaiaan dan adaptasi, baik dalam hal bahasa maupun dalam makanan, saya sempat mengalami culture shock.

Karena beberapa kebiasaan masyarakat Sidoarjo yang belum mampu saya sesuaikan dengan kebiasaan dan kultur saya yang berasal dari Aceh.

Yang paling berat adalah dalam hal makanan, dimana makanan masyarakat di Sidoarjo cenderung manis sekali dan tawar, sangat jauh berbeda dengan makanan saya di Aceh yang agak pedas dan juga ada keasaman.

Kemudian, perbedaan lainnya masalah waktu yang cukup signifikan, dimana pukul 03:20 WIB, orang sudah bangun, sedangkan rutinitas saya di Aceh bangun pagi pukul 05:30 WIB.

Kalau Sidoarjo pukul tersebut matahari sudah mulai naik, tetapi itu semua bukan penghalang bagi saya untuk terus berusaha menyesuaiakan dan beradptasi dengan kondisi di Sidoarjo.

Selama satu bulan di Sidoarjo saya juga merasakan keramahanan masyarakat Jawa dan sangat bersahabat menerima kami sebagai mahasiswa pendatang.

Mereka menyambut kami seperti anak sendiri, sehingga membuat saya betah untuk tinggal dan nyaman dalam mengikuti berbagai kegiatan perkuliahan dan program Modul Nusantara.

Keramahtamahan masyarakat memang sejak awal kami sampai sudah ditujukan oleh pihak kampus Umsida, kami disambut hangat dan ramah sambil kami diperkenalkan kampusnya kepada 69 mahasiswa peserta lainnya dari berbagai kampus seluruh Indonesia.

Kami juga sempat diperkenalkan dan diajarkan cara memainkan alat musik tradisionil Jawa Timur yaitu alat musik gamelan, sehingga kami secara bergantian belajar memainkan alat musik ini, walaupun awalnya sulit, tetapi akhirnya jadi candu untuk dimainkan, karena suaranya sangat mengasyikkan untuk didengar.

Kemudian, hal lain yang membuat saya terkesan ketika saya melihat langsung ludruk yang diperankan oleh para tokoh budaya.

Menrutnya ludruk sendiri memiliki fungsi sebagai media pendidikan masyarakat, media perjuangan, media kritik, media pembangunan dan media sponsor.

Pada zaman dahulu ludruk dipakai untuk membangkitkan semangat para pejuang untuk melawan dan mengusir para penjajah, jadi kesimpulannya ludruk itu hampir sama semangatnya tari Seudati kalau di Aceh.

Tetapi ludruk tersebut saat ini seperti serpihan budaya yang hampir tidak terjamah oleh kaum milenial, dan banyak budaya lain dari Jawa Timur yang belum sempat kami pelajari karena waktunya baru satu bulan.

Kegiatan selanjutnya dalam hal memasak ragam kuliner dari berbagai daerah, ragam kuliner tersebut dikenalkan oleh peserta yang berasal dari berbagai daerah, seperti pisang hijau dan palekko dari Makassar, Singgang dari Sumbawa NTB, dan makan seruit dari Lampung.

Selain memperkenalakan dan mempraktekkan ciri khas dan keunikan rasa kuliner juga mereka menjelaskan cara pembuatan dan menceritakan filosofi dari makanan tersebut.

Rasa nikmat perbedaan sangat terasa pada sisi ini titik di mana nusantara punya sejuta keberagaman nan hangat.

Keberadaan Halimatusshakdiah,mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim di Sidoarjo dalam rangka pertukaran mahasiswa tersebut telah melakukan beberpa kegiatan, selain belajar budaya baik dari Sidoarjo mapun budaya darai tema-teman lain yang mengikuti program pertukaran mahasiswa tersebut.

Selain itu juga telah melakukan kunjungan ke beberpa objek wisata seperti ke mesjid Muhammad Ceng Hoo yang juga terletak di Jawa Timur tepatnya di Pasuruan. Masjid ini merupakan inisiasi komunitas muslim di Tiongkok yang sudah lama bermukim di Indonesia.

Masjid ini didirikan untuk mengenang laksamana Cheng Hoo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Itulah sepenggal kisah Halimatusshakdiah bersama Naiya Ramadhani mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim yang sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa Merdeka 2 (PMM2) ditempatkan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Jawa Timur.

Harapannya semoga kemendikbud terus mempertahankan dan mengembangkan program MBKM ini, karena program ini bagi kami yang sedang menjankan merasa sangat bermanfaat auntuk menumbuhkan semangat juag dan daya saing tinggi serta bisa berabagi dan bertukar pengalaman dengan mahasiswa seluruh Indonesia.

Harapan peserta seperti Halimatussakdiah tentunya juga merupakan harapan dari Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek yaitu memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan pengalaman langsung berbagai kebudayaan di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Selain itu program tersebut dapat membuka ruang jumpa untuk saling bercerita, bertukar budaya, dan berbagi hal yang bermakna lainnya dan bersama-sama belajar menghargai perbedaan dan merayakan keberagaman.

Tak hanya itu, tentunya Perguruan Tinggi juga punya kesempatan berpetualang memperluas jejaring sembari mahasiswa bisa menimba ilmu.

Program ini merupakan bentuk partisipasi mahasiswa untuk semakin terampil dalam bersikap memperkuat persatuan dengan bermodalkan keragaman melalui Bhinneka Tunggal Ika.

“Banyak manfaat yang didapatkan oleh mahasiswa, selain dapat menjelajahi Indonesia dengan menuntut ilmu ke pulau lain di luar tempat tinggal atau kampus.

Tetapi terpenting mahasiswa dapat mengeksplorasi keragaman budaya Indonesia pada Modul Nusantara untuk memperkuat persatuan dan kesatuan,” harap Kepala Program PMM, Rachmawan Budiarto.(Humas-Umuslim).

Sumber : Halimatusshakdiah, mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim melaporkan dari Sidoarjo