Mahasiswa Umuslim perkenalkan kemasan produk Gula Aren

Gula Aren yang sudah ada kemasan dan label

Mahasiswi Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan, Bireuen, yang melaksanakan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Angkatan XXI di kampung Muyang Kute Mangku, Kecamatan Bandar, Bener Meriah, membina usaha masyarakat berupa produk gula Aren.

Menurut Khairul Maulia, salah seorang mahasiswi yang melaksanakan KKM di kampung tersebut, selama ini proses pembuatan gula aren sampai pengemasan dan penjualannya dilakukan secara tradisionil.

Di kampung tersebut ada sekitar lima KK yang mengolah gula Aren, kami sempat berdiskusi tentang pelabelan, kemasan dan penyempurnaan pemasaran produk hanya dua tempat, yaitu usaha punya pak Bunawan dan Pramono, ujar Maulia Zuhra.

Menurut Khairul Maulia didampingi Maulia Zuhra pembuatan gula aren, bahan baku dari air nira didapatkan dari pohon aren, mula-mula air nira ditampung kedalam bambu selama satu hari satu malam, sebelum dimasak air nira disaring terlebih dahulu.

Selanjutnya di proses dimana air nira dimasak lebih kurang 4 – 5 /jam, tunggu hingga mendidih dan mengental, setelah dimasak biarkan hingga dingin dan mengering airnya dipanaskan sampai kental, dibiarkan sampai dingin, kemudian digiling menggunakan batok kelapa hingga gula aren siap diproduksi, prosenya sampai jadi gula lebih kurang 8 jam, selanjutnya gula aren siap dikemas.

Gula Aren sebelum ada kemasan

Selama ini masyarakat memproduksi gula aren, penjulaannya dilakukan perkarung/goni (rata-rata perkarung berisi 25 kg, kami melihat penjualannya tidak effisien, juga tidak Hygiene, jelas Khairul Maulia.

Beranjak pengalaman tersebut, peserta KKM umuslim membuat label produk dan pengemasan produk gula aren dengan bentuk kemasan yang bersih dan memenuhi standar kesehatan, juga memberikan label menarik, menggunakan plastik rekat dengan netto : 1000 gram ( 1 kg), jelas Khairul Maulia dan Maulia Zuhra, mahasiswi fakultas ekonomi Umuslim.

Menurut mereka hasil produksi gula aren milik masyarakat selama ini belum memilik label produk, pemasarannya hanya dipasarkan di rumahnya, kadang menunggu pengumpul datang dari kota, cuma beberapa orang saja, yang memasarkannya sendiri ke kota, tambah Khairul Maulia.

Sebelum mengenal label dan pengemasan menggunakan plastik rekat, gula aren dijual perkarung dengan harga Rp 27 ribu perkilo, setelah adanya kemasan mereka menjual menjadi Rp.30-35 ribu perkilo, jelas Maulia Zuhra.

Gula Aren sudah siap dipasarkan

Menurut Khairul Maulia dan Maulia Zuhra adanya kemasan pelabelan produk gula aren yang mereka lakukan saat melaksaakan KKM di kampung tersebut, bisa menjadi motivasi bagi masyarakat dalam pembuatan label untuk meningkatkan kualitas produk dan pemasaran, jelas mereka.

Selain itu adanya kemasan menarik dan bersih , tentunya memberikan daya tarik konsumen dan membuka peluang produsen menetapkan harga jual yang tinggi dibandingkan dengan tidak adanya label.(Humas Umuslim).