Mahasiswa KKM belajar Teut Apam

Bagi masyarakat berasal dari Pidie dan Pidie Jaya Provinsi Aceh Bulan Rajab mempunyai makna tersendiri, betapa tidak bulan tersebut bagi masyarakat setempat juga disebut dengan “Buluen Teut Apam”.

Pada bulan Rajab 1444H kali ini menjadi kenangan tersendiri bagi mahasiswa Universitas Almuslim Peusangan Kabupaten Bireuen, yang sedang berada di daerah tersebut untuk melaksanakan pengabdian dalam program KKM.

“Teut Apam” merupakan sebuah tradisi turun temurun dan sudah mengakar dalam masyarakat di dua kabupaten tersebut di Aceh.

Kue apam yang dimaksud tersebut, semacam makanan cemilan atau kue terbuat dari tepung beras dan di suguhkan dengan kuah santan berisikan pisang dan nangka yang rasanya gurih dan manis

Tradisi teut apam mempunyai makna yang sangat dalam dan mempunyai filosofis persaudaraan yang kuat bagi masyarakat setempat dalam mempertahankan warisan indatu.

Kenangan bagi mahasiswa universitas almuslim sendiri, karena saat melakukan pengabdian mereka berkesempatan belajar kearifan lokal, berupa cara membuat kuliner tradisionil yang telah menjadi warisan turun temurun bagi masyarakat Pidie dan Pidie Jaya

Tradisi teut apam di beberapa desa di Pidie Jaya sempat menjadi program menarik dan kenangan tersendiri bagi mahasiswa universitas almuslim yang sedang melaksanakan pengabdian KKM di Pijay.

Seperti diceritakan mahasiswa Monawarah Nur berasal dari Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen, dia menceritakan kesenangannya bisa belajar masak kuliner warisan indatu masyarakat Pidie dan Pijay yaitu teut apam.

“Kami baru pertama kali mencoba teut apam, ternyata membuat kuliner khas Pidie dan Pijay tersebut, tidak sesulit yang kita bayangkan, rasanya juga pas dilidah kami, cerita Monawarah Nur didampingi temannya Sahrafitri Yani mahasiswi prodi PGSD Fakuktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Umuslim yang berasal dari Kabupaten Bener Meriah.

Menurut cerita mereka kepada media Juangnews, lokasi KKM desa Deah Teumanah kecamatan Trienggadeng, masyarakat desa tersebut setiap tahunnya selalu mengadakan khanduri teut apam, walaupun kondisi daerah saat itu lagi konflik.

Informasi tersebut mereka dapatkan dari cerita sejumlah ibu-ibu dan masyarakat desa, saat mereka melakukan teut apam di SD Negeri 8 Trienggadeng beberapa waktu lalu.

Kami baru tau teut apam sudah menjadi tradisi yang turun menurun dikalangan masyarakat disini, baru kali ini mencoba belajar dan menikmatinya.

Teryata cara membuatnya sangat mudah tidak sesulit seperti yang kami pikirkan, rasanya juga enak, cerita Sahrafitri Yani didampingi Dalilla.

Menurut cerita masyarakat disini tujuan “teut apam” di bulan Rajab bisa jadi bulan untuk memohon maaf kepada sanak saudara sebelum menyambut bulan suci ramadhan, ungkap Dalila Afifa berasal dari Kabupaten Bireuen.

Teut Apam sudah dilakukan secara turun-temurun, pembuatannya biasa dilakukan secara berkelompok dan dilakukan secara bersama, ada juga yang membuat bersama keluarga dirumah masing-masing.

Pembuatannya kadang ada dirumah, di meunadah, di balai desa bahkan sekarang ada yang dibuat di rumah sekolah.

Untuk memakannya ada yang diundang tamu kerumah, ada juga dibagi-bagi, bahkan diantar ke rumah, tetangga dan sanak saudaranya” kata Bakri mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) yang berasal dari Aceh Tengah yang sempat menikmati apam yang di buat di sekolah berlokasi tempat KKM.

Selain desa Deah Teumanah, hampir semua desa yang ada di Pidie Jaya tempat lokasi KKM mengadakan tradisi teut apam, seperti diceritakan sejumlah mahasiswa dari desa lain.

Hal itu seperti disampiakan Noval Andriani didampingi Fakror Razi dari desa Panton Raya, menjelaskan banyak desa tetangga lokasi KKM mereka seperti Tampui, Dee, Puduek dan beberapa desa lokasi KKM Umuslim di kecamatan Panteraja, Ulim dan Bandar Dua hampir serentak melaksanakan tradisi teut apam.

Kami sagat senang dan bahagia bisa mengikuti tradisi teut apam di desa lokasi KKM, sangat senang bisa belajar nembuat kuliner warisan indatu, tentunya ini punya kenangan tersendiri bagi kami, ulangnya.

Menurut mereka tradisi teut apam merupakan sebuah kearifan lokal daerah tersebut mempunyai makna tersendiri, dimana tingkat kesetiakawan kebersamaan, silaturahmi dan kegotongroyongan masyarakat dalam momentun teut apam sangat kental.

Tradisi teut apam patut dilestarikan, karena kearifan lokal ini menumbuhkan suasana persaudaraan, saling memberi begitu terasa, apalagi kuliner Apam sudah terdaftar sebagai Warisan Budaya takbenda Indonesia beradsarkan Sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementeriandikbudristekdikti, ujar Wiga mahasiswa asal Aceh Tengah yang KKM di Desa Tampui.

Pantauan media juangnews suasana kesenangan dan keseruan begitu muncul di wajah mahasiswa yang menikmati kuliner Apam ini, hal ini bisa kita lihat semua mahasiswa munggupload foto mereka sedang belajar dan menikmati saat Teut Apam di berbagai platform medsos mereka.(Humas-Umuslim)