Mahasiswa Umuslim berkisah tentang pengalaman pertukaran Mahasiswa di Jepang

Amelia Rizkiani

Halo, saya Amelia Rizkiani, Anak 2 dari 3 bersaudara, lulusan SMK Akuntasi di SMK Citra Bangsa Bogor.

Sekarang saya terdaftar sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan kabupaten Bireuen.

Saya memiliki hobi membaca, bertemu orang baru dan mencoba hal baru, saat ini sedang berada di negara matahari terbit yaitu Jepang dalam rangka mengikuti Student exchange (pertukaran mahasiswa) ke Nagoya Gakuin University (NGU) Jepang.

Kami berangkat Ke Jepang tanggal 26 April 2022 besama dua orang lagi teman saya yaitu Raihan Hayati, prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Qurrata ‘Ayyun prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Tidak terasa sudah hampir 3 bulan tinggal di Jepang sebagai mahasiswa International, tentunya banyak sekali hal-hal baru dan menarik yang saya dapatkan, tentunya tidak ada di Indonesia.

Mulai dari transportasi, sepertinya ini hal yang lumrah dan banyak orang tahu kalau Jepang
dikenal baik penggunaan transportasinya. Bener banget, mayoritas dari masyarakat Jepang
menggunakan transportasi umum.

Seperti bus, subway, kereta, taxi dan shinkansen (kereta tercepat di dunia). Saya pribadi lebih sering menggunakan subway atau kereta ketika berpergian karena harganya lebih terjangkau daripada taksi dan transpotasi lainnya.

Kalau membandingkan, naik kereta di Jepang dengan di Indonesia beda banget loh. Mulai dari
penumpangnya, penumpang kereta diJepang sangat tertib dan teratur.

Mereka akan mendahulukan orang yang keluar dari kereta terlebih dahulu. Kemudian jadwal keretanya sangat teratur, jarang sekali mengalami keterlambatan. Fasilitas stasiunnya juga menarik dan pastinya bersih.

Ada peraturan yang diterapkan saat didalam kereta, yaitu tidak boleh makan, melakukan telpon dan mengganggu atau membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Hal menarik lainnya yaitu, bagaimana jepang mengelola sampah rumahan. Pas saya sampai di Jepang sempat kaget banget, karena di semua tempat nampak bersih. Belum ketemu tempat kumuh atau kayaknya tidak ada deh.

Karena di Jepang tidak boleh buang sampah sembarangan, kalau ada yang buang sampah sembarangan itu seperti mempermalukan diri sendiri.

Jadi semua sampah harus dipisahkan sesuai jenisnya seperti sampah organik dan non organic baru boleh dibuang ke tempat sampah besar.

Disini juga plastic untuk buang sampah tidak bisa sembarang. Kita harus beli tempat sampah plastik disupermarket.

Plastik warna merah untuk sampah organik dan plastik biru untuk non organik. Itu bertujuan untuk memudahkan petugas sampah dalam mengolah sampah.

Juga untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan roda ekosistem manusia tetap berputar dengan baik, kemudian, untuk masalah makanan.

Amel berasam teman kuliah

Semua makanan yang tersedia mayoritas makanan sehat namun karena saya muslim. Saya harus selektif dalam memilih makanan karena Jepang tidak memiliki logo halal dan banyak yang menggunakan daging atau minyak babi dalam proses pembuatan masakannya.

Jadi biasanya, saya akan melihat komposisi dan bahan yang digunakan sebelum membeli. Jujur makanan di Jepang itu enak dan sehat tapi masakan Indonesia juga tentu tak kalah enak.

Karena disini makanannya sehat jadi rasanya menurut saya hambar, perlu membawa saus
atau menambahkan bumbu lagi. Hampir seluruh orang Jepang tidak suka pedas. Jadi jarang ada
makanan pedas di Jepang.

Dan banyak hal menarik lainnya. Memiliki kesempatan belajar di Jepang merupakan salah satu anugerah dan hal berharga bagi saya karena saya banyak sekali mendapatkan ilmu dan pengalaman baru dan sangat positif, hal positif yang bisa membuat diri saya berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Apalagi keberadaan kami bisa kuliah di NGU Jepang selama satu tahun berkat adanya kerjasama antara Universitas Almuslim Peusangan Bireuen dengan Nagoya Gakuin University (NGU) Jepang.

Selama di Jepang kami mahasiswa umuslim mendapatkan fasilitas biaya kuliah dan apartemen penginapan secara gratis karena berkat adanya kerjasama tersebut.

Selain itu kami juga bersyukur karena kampus Universitas Almuslim mengakui dan menyetarakan hasil belajar kami selama di Jepang.

Hasil belajar selama belajar di NGU Jepang akan disetarakan nilai kreditnya atau transfer Kredit Internasional dengan mata kuliah di kampus sendiri, hal ini merupakan bagian dari program merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), seperti disampaikan Rektor Universitas Almuslim Dr.Marwan,MPd saat melepas keberangkatan kami.

Menurut beliau Transfer Kredit Internasional dalam upaya menguatkan dan menambah kompetensi melalui program studi lain atau perguruan tinggi lain di luar negeri untuk mempersiapkan mahasiswa dengan kompetensi global.

Tulisan kiriman : Amelia Rizkiani dari Jepang